Kamis, 26 Februari 2015

AGH Muhammad Abduh Pabbajah

1 komentar

AGH Muhammad Abduh Pabbajah (1908 – 2009)
Salah seorang pendiri Darud Da’wah Wal Irsuad, sekretaris pertama Pengurus Besar DDI. Dan Pemimpin Pesantren DDI Al Furqan Parepare.

OLEH :
Ahmad Risal SM S.Pd.I
ahmadrisalsmbizot@yahoo.co.id

Ketika Gurutta Ambo Dalle berada dalam lingkungan DI/TII pimpinan Kahar Muzakkar, maka Gurutta Pabbajah – lah tampil sebagai Pejabat Ketua Umum sementara DDI mengantikan Gurutta Ambo Dalle, umurnya ditaksir sudah menghampiri seratus tahun.

AGH Abduh Pabbajah dan AGH Abdurrachman Ambo Dalle bersama sejumlah ulama Sulsel lainnya mendirikan DDI di Soppeng Riaja tahun 1938. 

Di antara pendiri DDI, sisa AGH Abduh Pabbajah dan AGH Ali Alyafie yang masih hidup. Alyafie kini menetap di Jakarta.

Hidupnya didedikasikan untuk membangun negara dan agama Islam.  Sebagai seorang ulama terkemuka, ia dikenal sebagai figur  yang sangat ikhlas menuntun umat. Pendiriannya begitu kuat dalam menentang segala pergeseran akidah yang tejadi di tengah-tengah masyarakat. 

‘’Almarhum Anre Gurutta (AG) KH Muhammad Abduh Pabbaja memiliki kepedulian terhadap umat yang sangat besar sampai akhir hayatnya,’’ ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, KH AG Sanusi Baco LC, mengenang. 

Kiai Pabbaja memang dikenal sebagai ulama kharismatik yang sangat dihormati umat Islam di Pare-pare dan  Sidenreng Rappang,  Sulawesi Selatan.  Ia adalah salah seorang pendiri organisasi massa Islam Darul Dakwah Wal Irsyad (DDI). Bahkan, kiai yang dikenal memiliki pendirian tegas itu pernah menjabat sebagai ketua umum DDI periode 1955-1962.

‘’Dalam mengambil keputusan untuk kepentingan seluruh umat, beliau adalah ulama yang punya pendirian tegas. Tapi, di sisi lain beliau juga bersedia menerima pandangan orang lain jika diberikan penjelasan dan pengertian, yang membuat beliau paham,’’  tutur  Ketua Pengurus Besar DDI, Prof H Muiz Kabry seperti dikutip kantor berita Antara. 
  
Kiai Pabbaja lahir di Allakuang, Sidenreng Rappang,  Sulawesi Selatan, pada 20 Muharram 1336 H atau 26 Oktober 1918. Beliau lahir dari keluarga terpandang dan taat beragama. Ayahnya bernama Pabbaja bin Ambo Padde, seorang kepala wilayah di desa kelahirannya. 

Ibunya bernama Hj Latifah binti Kalando, putri seorang imam atau penghulu syarak di desa itu. Kiai Pabbaja adalah anak kelima dari sepuluh bersaudara. Pada saat kecil, kawan-kawannya memanggilnya Mamma. Setelah menjadi ulama terkemuka, umat Islam memanggilnya Kiai Pabbaja. 

Sebagai ulama Bugis Makassar, beliau dikenal dengan julukan Gurutta Pabbaja. Gurutta adalah gelar penghormatan untuk seorang ulama di wilayah Bugis Makassar. Mamma, begitu ia akrab dipanggil saat kecil, mulai mempelajari ilmu agama sejak kecil.

Ia belajar membaca Alquran dari ibunya. Menginjak usia enam tahun, Mamma menempuh studi di Sekolah Desa (Volksschool).  Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke madrasah Makarim Al-Akhlaq hingga tamat. Kemudian, Pabbaja menimba ilmu di madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah di Kabupaten Wajo yang dipimpin KH Muhammad As’ad.

Madrasah ini dikenal sebagai lembaga pencetak ulama-ulama besar. Betapa tidak. Hampir semua ulama terkemuka yang tersebar di Sulawesi Selatan adalah alumni madrasah yang dipimpin Kiai Muhammad As’ad itu. Ualam besar yang lahir dari Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah itu antara laih; KH Ambo Dalle, KH Yunus Maratan, KH Daud Ismail, KH Junaid Sulaiman, KH Abdullah Maratan, KH Ya’fie (ayah KH Ali Yafi’e).

Pada zaman itu, Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah,  secara khusus mendatangkan Syekh Ahmad Al-Hafifi, ulama dari Al-Azhar Kairo, Mesir dan Syekh Sulaiman As-Su’ud dari Makkah untuk mengajar para santri. Di madrasah itu pula Pabbaja mempelajari dan mengkaji berbagai cabang ilmu Islam selama tujuh tahun.

Di antara ilmu keislaman yang dipelajarinya, Kiai Pabbaja lebih menyukai Ilmu Tafsir. Tak heran jika beliau dikenal sebagai ulama ahli tafsir yang fasih dan lancar berbahasa Arab. ‘’Penafsiran Alquran hendaknya disesuaikan dengan ilmu pengetahun modern tanpa meninggalkan prinsip yang harus digunakan dalam menafsirkan Alquran,’’ ujar Kiai Pabbaja.

Dalam menerjemahkan Alquran, Kiai Pabbaja, sangat tak setuju bila kitab suci umat Islam itu diartikan secara sepotong-sepotong. Menurutnya, Alquran harus diartikan secara lengkap agar tak ada kekeliruan terhadap maknanya. Begitulah pendapatnya tentang penafsiran dan penerjemahan Alquran

Almarhum KH AG Muhammad Abduh Pabbaja diyakini oleh sebagian besar masyarakat sebagai ulama kharismatik generasi terakhir yang dimiliki Sulawesi Selatan setelah (alm) AGH Abdur Rahman Ambo Dalle, (alm) AGH Yunus Martan dan (alm) AGH Daud Ismail.

Menurut sejumlah keluarga Almarhum, ulama sepuh ini menghembuskan nafas terakhir di rumahnya di kompleks Perumahan Lapadde Mas, Parepare, Kamis, sekitar pukul 10.00 wita. kondisi kesehatan Imam Besar Masjid Agung Kota Parepare itu selama ini memang menurun. Sejak Februari 2009 lalu, almarhum tidak pernah lagi ke Masjid Agung.

" Kondisi fisiknya sudah tidak memungkinkan untuk beraktivitas di masjid seperti biasanya. Beliau lebih banyak beristirahat dan berbaring di rumah, namun masih bisa berbicara pelan dan tidak lancar lagi," kata putranya, Ahmad Pabbajah.

Lebih lnjut Ahmad mengatakan, KH AG Muhammad Abduh Pabbaja, yang akrab disapa oleh murid dan masyarakat Parepare, Gurutta Pabbajah, meninggal dunia pada usia 94 tahun menurut perhitungan Hijriyah, atau 90 tahun pada penanggalan Masehi. Beliau lahir di Allakuang, pada 20 Muharram 1336 H, atau 26 Oktober 1918.

Semasa hidupnya, Pabbaja pernah duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesi (DPR RI) mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di era tahun 80-an, Pabbaja juga kerap tampil sebagai juru kampanye partai berbasis Islam tersebut.

Di Masjid Agung Parepare, jenazah dilepas Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, KH Sanusi Baco LC. Turut hadir Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Derah (DPRD) Kota Prepare H Muhadir Haddade SH, anggota DPRD Ir Kaharuddin Kadir MSi bersama sejumlah pejabat lainnya.

Ketua MUI KH AG Sanusi Baco LC mengatakan, Almarhum KH Muhammad Abduh Pabbajah adalah sosok ulama yang ikhlas menuntun umat, juga punya pendirian kuat dalam menentang segala pergeseran aqidah.

" Almarhum Anre Gurutta KH Muhammad Abduh Pabbaja ini memiliki kepeduliaan terhadap umat yang sangat besar sampai akhir hayatnya," kata Sanusi.

Sementara itu Ketua Pengurus Besar DDI, Prof Dr H Muiz Kabry mengatakan, Almarhum adalah ulama yang punya pendirian tegas dalam mengambil keputusan untuk kepentingan seluruh umat.

" Tapi disisi lain beliau juga bersedia menerima pandangan orang lain jika diberikan penjelasan dan pengertian yang membuat beliau paham," katanya.

Usai disalatkan di Masjid Agung Parepare. sekitar pukul 13.00 wita, Jenazah Almarhum Anre Gurutta KH Muhammd Abduh Pabbaja kemudian diantar ratusan mobil untuk dimakamkan di pekuburan Desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap.

Rombongan pengantar jenazah tiba di Desa Allakuang, Sidrap, sekitar pukul 13.45 Wita dan jenazah pengasuh Pondok Pesantren Al Furqan ini kemudian di salatkan kembali di mesjid Almuttahid, Desa Allakuang, Sidrap dan kemudian jenazah dimakamkan tepat pukul 14.00 Wita.

One Response so far.

  1. Unknown says:

    mohon diupload pemikiran-pemikirannya atau karya-karya beliau. saya butuh bahannya utk karya ilmiah.

Leave a Reply

 

PALING DISUKAI

POLLING ANDA :