SULOLIPU PETTA PABBICARA. PAHLAWAN PEJUANG KEMERDEKAAN INDONESIA DARI SIDENRENG RAPPANG.
Oleh : Ahmad Risal SM, S,Pd.I
(ahmadrisalsmbizot@yahoo.co.id)
Pada umur yg masih sangat remaja pada thn 1916, dinikahkan dengan perempuan bernama ANDI MAESURI, puteri dari Karaeng Cakki (Petta Haji Cakki). Dan pada thn 1939, menikah lagi dengan perempuan bernama ANDI HANISUH, seorang putri keturunan Petta Enrekang, dengan jumlah anak dari kedua istri tsb sebanyak 10 orang.
Setelah menamatkan sekolahnya pada Sekolah Rakyat (VOLKSSCHOOL) selama 3 tahun di Amparita & tamat pula pada sekolah GOUVERNEMENT kelas 2 (VERVOLGSCHOOL) di Rappang thn 1912, maka diangkat menjadi Kepala Penjara Pare-Pare (SIPIR), pada thn 1914.
Karena Andi Sulolipu dianggap cakap untuk menggantikan ayahnya La Pakerrangi sebagai Pabbicara (wafat pada thn 1917), maka LA CIBU ADDATUANG SIDENRENG XIII, mengangkat Andi Sulolipu menjadi PABBICARA AMPARITA, dan diberi tugas-tugas pada bidang:
1. Pemerintahan & Hukum,
2. Ketua Hadat Sidenreng disamping Addatuang, dan
3. Ketua Badan Pertimbangan Pemerintah Kerajaan Sidenreng.
KEGIATAN DI BIDANG SOSIAL & PENDIDIKAN.
Pada thn 1930, Andi Sulolipu mendirikan satu perkumpulan atau yayasan dengan nama PERKUMPULAN NASRULHAQ. Yayasan inilah pada thn 1931 mendirikan SEKOLAH NASRULHAQ l, berpusat di Amparita & didirikan pula cabang2nya di Teteaji, Allakuang, Massepe & Pangkajene, dipimpin oleh seorang ulama terkenal pada masa itu bernama K.H. MUHAMMAD YAFIE (ayahanda Prof. Ali Yafie mantan Ketua MUI). Berselang beberapa tahun kemudian, didirikan pula MADRASAH IBTIDAIYAH & TSANAWIAH yg dipimpin KH. ZAINAL ABIDIN, seorang ulama dari Mandar dgn pembantu2nya bernama ABDUL RAZAK & ABDUL WAHAB.
Pada thn 1937, Andi Sulolipu mendirikan lagi sebuah sekolah yg diberi nama SEKOLAH NASRULHAQ ll (TWEEDE NASRULHAQ SCHOOL) yg mata pelajarannya sama dengan H.I.S & SCHAKELSCHOOL ditambah dengan pelajaran agama islam.
Atas rekomendasi dari TUAN HABIBIE (ayah Prof. Habibie, Mantan Presiden RI), didatangkan pengajar dari Gorontalo yg masih kerabat dekat mereka, seperti: USMAN ISA, Ny. CHATIBI USMAN ISA & ABBAS MAHMUD. Ditambah seorang guru agama dari Mandar, dan seorang dari Minangkabau bernama ABU SALIM ALAMSYAH. Sekolah ini berjalan lancar selama 5 tahun hingga pecahnya Perang Dunia ke II. Meski demikian Andi Sulolipu telah mempersiapkan murid2 tersebut untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah MULO & CIBA Di Makassar.
Untuk membangun rumah sekolah & mendirikannya, ditambah dengan membayar gaji para guru, dari thn 1931 s/d 1942 (11 tahun) Andi Sulolipu telah menggadaikan sanra putta sawahnya kepada SAID SADIK ALIDRUS sejumlah 10 H.A (7 HA, di Laulaweng Amparita & 3 HA di Labuaja Lawawoi).
KEGIATAN DI BIDANG PARTAI & ORGANISASI PERJUANGAN.
Andi Sulolipu menjabat sebagai Pengurus & Penasihat Partai Sarikat Islam (PSI) Cab. Teteaji. pada Kongres PSI di thn 30-an, Pimpinan Pusat HAJI OMAR SAID TJOKROAMINOTO berkunjung ke Teteaji. sempat terjadi pertemuan & perbincangan dengan Andi Sulolipu. Dalam perbincangan tersebut Tjokroaminoto berharap agar perjuangan PSI didalam menuntut Kemerdekaan Indonesia mendapatkan dukungan yg semakin luas di kalangan masyarakat, terutama dari golongan bangsawan tinggi seperti halnya dengan Andi Sulolipu.
Terbukti di kemudian hari, Andi Sulolipu sangat konsisten dengan sikap perjuangannya sampai wafatnya di thn 1947.
Pada awal bulan September 1945, Andi Sulolipu ke Makassar untuk menemui DR. SAM RATULANGI. dimana pada saat itu beliau telah pulang dari Jakarta setelah menghadiri Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam pertemuan tsb, Andi Sulolipu mengemukakan rencananya untuk mendirikan PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI) di Sidenreng Rappang, dan berpusat di Amparita, untuk tujuan menghimpun massa rakyat dalam satu wadah organisasi demi menghindari pengaruh2 negatif dari kalangan anti republikein.
Rencana & gagasan Andi Sulolipu itu disambut baik oleh Sam Ratulangi yg telah diberi mandat oleh SOEKARNO sebagai GUBERNUR di Sulawesi. setelah beliau memberikan masukan2 yg berharga kepada Andi Sulolipu, maka Sam Ratulangi memerintahkan staf pembantunya Mr. TADJUDDIN NOOR untuk menyertai Andi Sulolipu ke Amparita membentuk PARTAI NASIONAL INDONESIA (PNI).
Dengan melalui sebuah komite, tersusun Pengurus Partai, sbb:
Ketua Umum : ANDI SULOLIPU,
Ketua 1 : ANDI ABU BAKAR,
Ketua 2 : CALLAKARA,
Penulis 1 : ANDI MARAMAT,
Penulis 2 : LA PABBOLA,
Penulis 3 : ANDI ISKANDAR,
Bendahara 1 : ADAMA,
Bendahara 2 : ANDI BAHARUDIN.
Disamping Pengurus Harian tsb diatas, Partai ini dilengkapi pula dengan Pembantu2 seperti:
1. Bidang Penerangan & Propaganda,
2. Bidang Sosial,
3. Bidang Perhubungan,
4. Bidang Perlengkapan,
5. Bidang Perlawanan & Pengerahan Massa, dan
6. Bidang Tata usaha & Pendaftaran Anggota.
Berdirinya PARTAI NASIONAL INDONESIA di Amparita, Sidrap, dalam waktu singkat telah tersebar luas di Masyarakat. Maka mulailah rakyat mendatangi kantor P.N.I. u/mendaftarkan diri menjadi anggota. seperti dari Enrekang, Soppeng, Pinrang, Wajo, dll.
Pada bulan Oktober 1945, Andi Sulolipu sebagai Ketua Umum PNI, mengundang Tokoh2 Pejuang Kemerdekaan Sidenreng Rappang untuk menghadiri rapat yg diadakan di Amparita yg dihadiri oleh:
1. ANDI CAMMI & ANDI NOHONG, dari Rappang.
2. ANDI TAKKO dari Tanrutedong.
3. ANDI NEMBA, Pangkajene.
4. ANDI ABDUL LATIF, Bilokka.
5. ABDUL GANI RASUL, Massepe.
6. M. ABDUH PABBAJA, Allakuang.
7. KEPALA LAUPE, Wette'E, Wanio.
*] kesemuanya ditemani rekan2 dalam 1 rombongan.
Ada 3 (tiga) keputusan penting yang diambil dalam rapat yang dipimpin Andi Sulolipu tersebut, yakni:
1. Secara resmi & protokoler Bendera Merah Putih dinaikkan.
2. Membagi Daerah Pertahanan di Sidenreng Rappang menjadi 2 (dua) wilayah:
a. Wilayah Utara Pangkajene sampai Rappang & sekitarnya adalah Daerah Operasi B.P. GANGGAWA dibawah pimpinan Andi Cammi & Andi Nohong.
b. Wilayah Pangkajene ke Selatan sampai Bilokka & sekitarnya adalah Daerah Operasi KRIS MUDA dibawah pimpinan Yusuf Rasul & Rachman Tamma.
3. Mendukung sepenuh pengangkatan Dr.Sam Ratulangi menjadi Gubernur Sulawesi.
Setelah rapat selesai, maka seluruh peserta mengambil tempat di pekarangan RUMAH ADAT BOLA LAMPE'E untuk mengikuti Upacara Penaikan BENDERA MERAH PUTIH diiringi dengan lagu INDONESIA RAYA.
Peristiwa ini adalah peristiwa bersejarah di Sidenreng Rappang. U/kali pertama secara resmi & protokoler Sang Merah Putih dikibarkan dgn diiringi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, disaksikan oleh para pejuang yg hadir & rakyat yg telah berkerumun memadati halaman.
Pada bulan November 1945, Andi Sulolipu mengadakan Konferensi yg diikuti oleh para Pendukung Kemerdekaan Indonesia, bertempat di Gedung Sekolah Rakyat Amparita. Hadir dlm Konferensi itu ialah tokoh2 pejuang utusan daerah Enrekang, Wajo, Soppeng, dll. Keputusan yg diambil adalah:
Menolak kembalinya penjajahan di bumi Indonesia. Serta siap menentang & melawan dgn kekuatan yg ada pada diri sendiri. Diputuskan pula bahwa pengangkatan Dr.Sam Ratulangi menjadi Gubernur adalah sah.
DIBERHENTIKAN DARI JABATAN PABBICARA.
Aktivitas Refresif yg dilakukan Andi Sulolipu didalam upaya mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tidak disetujui Pemerintah Kerajaan Sidenreng & Belanda waktu itu. Beliau sering dipanggil hanya untuk dinasehati agar ia sadar & lebih memusatkan pikiran pada tugas2 pokoknya di pemerintahan. Hal ini menimbulkan kekecewaan Andi Sulolipu terhadap beberapa rekannya sesama kaum aristokrat yg duduk di pemerintahan. Mereka lebih memilih u/melanjutkan kerjasama dgn pihak Belanda, demi mengamankan jabatan daripada ikut berjuang. Beruntung kekecewaan itu terobati oleh sikap Patriot yg ditunjukan kalangan muda yg dimotori oleh Andi Cammi & Yusuf Rasul, dkk.
Akibat sikap yg dinilai keras kepala & membangkang,
pada bulan Mei 1946, A. Sulolipu diberhentikan dari jabatannya selaku Pabbicara Amparita. Pemberhentian tsb dlm waktu singkat telah diketahui secara luas dikalangan rakyat. Hingga kawan2 seperjuangan silih berganti datang u/menyatakan simpati & keprihatinan. Ketika ditemui, A. Sulolipu mengatakan, "Sekarang ini saya adalah rakyat biasa. Kedudukan saya selaku Pabbicara telah ditanggalkan, maka oleh karena itu tibalah saatnya sekarang ini saya bersiap2 menunggu kedatangan Belanda u/menangkap saya. Itu pasti akan terjadi. Itulah resiko atas keyakinan & pendirian saya. Kalau besok atau lusa saya ditangkap Belanda, jangan harapkan saya akan kembali. Tetapi tunggulah kabar kematian saya. Saya telah ikhlas. Kepada kawan2 seperjuangan saya, agar perjuangan kita yg suci murni ini diteruskan, Insya Allah & yakinlah bahwa penjajah belanda akan segera terusir dari Negara kita ini. Tinggal menunggu waktunya".
DIPANGGIL OLEH ASSISTENT RESIDENT PARE-PARE & DIBUJUK AGAR MAU KEMBALI BEKERJA SAMA.
Pada suatu hari di bulan November 1946, Andi Sulolipu dipanggil oleh Assistent Resident Pare-Pare u/menghadap. Ia berangkat bersama dgn saudara2nya: H.A.NURDIN, H.A.ABU BAKAR, H.A.CAMBOLANG, dan putra sulungnya ANDI MAPPAWEKKE. Assistent Resident membujuk & mengatakan kepada Andi Sulolipu, "Hai, Tuan Pabbicara, bagaimanakah pendirian tuan, saya rasa lebih baik tuan Pabbicara bersedia & mau kembali bekerja sama dgn kami. Kalau bersedia kita akan bayar kembali semua gajinya & kita akan berikan pangkat yg lebih tinggi lagi". Bujuk Assistent Resident.
Mendengar kata2 bujukan itu, maka Andi Sulolipu menjawab, "Paduka tuan Assistent Resident, saya tidak bersedia lagi kembali memangku jabatan Pabbicara, saya tidak mau lagi bekerja sama dengan tuan2 Belanda. Saya sekarang bersama2 dengan rakyat mau merdeka sekalipun akan menanggung resiko yg paling berat". Mendengar jawaban tersebut maka gagallah Assistent Resident Pare-Pare u/membelokkan keyakinan & pendirian Andi Sulolipu.
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Assistent Resident Pare-pare, maka pada bulan itu juga, November 1946, bertepatan dengan bulan Ramadhan, jam 4 sore, beberapa orang POLISI MILITER (M.P.) Belanda dengan mengendarai sebuah Jeep datang ke Amparita u/menangkap Andi Sulolipu. Setelah melakukan menggerebekan di Rumah Adat Bola Lampe'E, dan tidak menemui yg sedang dicari, mereka kemudian mendatangi rumah Andi Sulolipu yg lainnya didekat Lapangan Sepakbola Amparita (Sekarang Madrasah DDI) yg menjadi kantor P.N.I. dan tempat yg biasa dipakai para pejuang untuk berkumpul. Polisi Militer langsung naik kerumah & disambut oleh Andi Sulolipu seraya mengatakan, "Barangkali tuan tuan M.P. ini datang kemari untuk menangkap saya, "Dan dijawab oleh M.P. Belanda, "Betul tuan, kami diperintahkan untuk menjemput tuan".
Ia kemudian menyuruh istrinya, Andi Hanisuh, memberikan beberapa pasang pakaian, sarung, sajadah, dan Kitab Suci Al-qur'an kesayangannya karangan HAJI MUHAMMAD YUNUS. Setelah pamit kepada keluarga & seluruh isi rumahnya, ia kemudian mencium anak bungsunya ANDI HATTA dengan penuh kasih & haru. Iapun turun dari rumah dan berseru kepada orang2 yg telah berkerumun di pekarangan :
"Teruskan Perjuangan Kita & Pertahankan Kemerdekaan Kita, Insya Allah, Tuhan Akan Bersama Kita!"
Pada hari itu pula M.P. Belanda singgah ke Pangkajene & menangkap Andi Nemba. Keduanya dibawa ke Pare-Pare dan ditahan disalah satu rumah tahanan. Setelah beberapa hari ditahan di Pare-pare, keduanya kemudian dibawa ke Makassar dan masuk kedalam Rumah Tahanan KISKAMPEMENT (Tangsi Kis). Disanalah mereka ditawan bersama sama dengan Pejuang pejuang yg telah terlebih dahulu ditangkap, Seperti:
ANDI ABDULLAH BAU MASSEPE, ANDI MAKKASAU, USMAN ISA, dan saudara kandungnya HAJI ANDI ABU BAKAR, dll.
Setelah beberapa bulan lamanya mereka ditawan di Makassar, mereka kemudian dipindahkan lagi ke Kariango Suppa (Pinrang). Disinilah para pejuang mendapatkan siksaan yg berat dan keji dari Pasukan Baret Merah WESTERLING. Penyiksaan yg tanpa mengindahkan hukum2 kemanusian. Namun, para Pejuang Pembela Negara itu tetap teguh & tidak berubah keyakinan dan pendiriannya.
Sejarah mencatat, inilah peristiwa terpahit yg menimbulkan trauma pada rakyat Sulawesi Selatan. Ada 40.000 jiwa yg masih menunggu pengakuan dosa atas kejahatan terhadap kemanusiaan yg dilakukan Pemerintah Kerajaan Belanda ketika masih menancapkan kuku2 penjajahan di Bumi Pertiwi. Tapi... Pengakuan itu...
Menurut kesaksian yang banyak beredar di kalangan masyarakat Sulsel, kematian indah (SYAHID) para pejuang itu, antara lain :
1. Dijejerkan dan kemudian di tembak,
2. Ditenggelamkan di laut,
3. Dikubur hidup hidup, dan
4. Diseret/ditarik dengan tali tambang oleh mobil jeep yang berlari kencang.
(Na'udzubillah)
"Pemerintah Kerajaan Belanda wajib meminta maaf 40.000 kali kepada Rakyat Sulawesi Selatan...!!! Titik!!"
Hingga akhirnya...
Andi Sulolipu mungkin mempunyai rencana besar untuk Negara yang dicintainya ini, tapi Allah telah menentukan takdir hidupnya. Pada akhirnya semua yg merasakan hidup akan mati. Demikian halnya dengan Andi Sulolipu Pabbicara Amparita. Ia kini telah terbaring diantara ribuan kawan2 seperjuangan yg telah berpulang akibat menjadi korban kekejaman. Ia mengakhiri hidupnya dengan membawa serta keyakinan & pendiriannya yg teguh, kokoh untuk tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Tidak ada yg mengetahui kapan & dimana ia ditembak, atau dimana ia dikuburkan. kalau ditenggelamkan dimana lautannya. "Ia... Hilang tak tentu rimbanya."
PENGHORMATAN ATAS JASA JASANYA KEPADA BANGSA & NEGARA.
1. Untuk menghormati perjuangan Andi Sulolipu atas jasa jasa yg telah diberikan kepada Nusa, Bangsa, dan Negara, Pemerintah telah menganugrahkan gelar kehormatan sebagai "PAHLAWAN PEJUANG KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA" Dan Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang telah membangunkan sebuah MONUMEN PERJUANGAN ANDI SULOLIPU di Amparita, ditempatkan pada jalur Jalan Raya Pangkajene-Soppeng.
2. Monumen Andi Sulolipu diresmikan oleh bapak HAJI ANDI SALIPOLO PALALLOI, Bupati Kepala Daerah tingkat ll Sidenreng Rappang, pada tanggal 10 Agustus 1998, di Amparita, didampingi oleh bapak HAJI OPU SIDIK mantan Bupati Sidrap, bapak HAJI ANDI ISKANDAR PAJUJUNGI Petta/Arung Amparita & bapak HAJI USMAN BALO Ketua LVRI Kab. Sidrap. Turut hadir pula para anggota Muspida, Tokoh2 Veteran & Angkatan '45 Kab. Sidrap serta Pemuka Masyarakat di Amparita.
3. Pada malam harinya diadakan pula pengajian Al-Qur'an & tahlilan dirumah kediaman Andi Sulolipu "Rumah Adat Saoraja Bola Lampe'E" Amparita. Pada keesokan harinya, dilaksanakan pemasangan batu nisan Andi Sulolipu (secara simbolis), di pemakaman keluarga "Andi Pakerrangi Pabbicara Sidenreng"
(Kubburu' Bola Batue Amparita)